Kamis, 10 Mei 2012

Manusia dan Keadilan

 Keadilan

Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik terkemuka abad ke-20, menyatakan bahwa “Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran” . Tapi, menurut kebanyakan teori juga, keadilan belum lagi tercapai: “Kita tidak hidup di dunia yang adil” . Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan banyak gerakan sosial dan politis di seluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan. Tapi, banyaknya jumlah dan variasi teori keadilan memberikan pemikiran bahwa tidak jelas apa yang dituntut dari keadilan dan realita ketidakadilan, karena definisi apakah keadilan itu sendiri tidak jelas. keadilan intinya adalah meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya

Keadilan sosial

Yaitu adalah sebuah konsep yang membuat para filsuf terkagum-kagum sejak Plato membantah filsuf muda, Thrasymachus, karena ia menyatakan bahwa keadilan adalah apa pun yang ditentukan oleh si terkuat. Dalam Republik, Plato meresmikan alasan bahwa sebuah negara ideal akan bersandar pada empat sifat baik: kebijakan, keberanian, pantangan (atau keprihatinan), dan keadilan. Penambahan kata sosial adalah untuk membedakan keadilan sosial dengan konsep keadilan dalam hukum. Keadilan sosial juga merupakan salah satu butir dalam Pancasila.

Macam-macam Keadilan

a. Keadilan Legal atau Keadilan Moral

Plato berpendapat bahwa keadilan clan hukum merupakan substansi rohani umum dan masyarakat yang membuat clan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (Tha man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan, Sunoto menyebutnya keadilan legal. Keadilan timbul karena penyatuan dan penyesuaian untuk memberi tempat yang selaras kepada bagian-bagian yang membentuk suatu masyarakat. Keadilan terwujud dalam masyarakt bilamana setiap anggota masyarakat melakukan fungsinya secara balk menurut kemampuannya. Fungsi penguasa ialah membagi-bagikan fungsi-fungsi dalam negara kepada masing-masing orang sesuai dengan keserasian itu. Setiap orang tidak mencampuri tugas dan urusan yang tidak cocok baginya. Ketidakadilan terjadi apabila ada campur tangan terhadap pihak lain yang melaksanakan tugas-tugas yang selaras sebab hal itu akan menciptakan pertentangan dan ketidakserasian. Misalnya, seorang pengurus kesehatan mencampuri urusan pendidikan, atau seorang petugas pertanian mencampuri urusan petugas kehutanan. Bila itu dilakukan maka akan terjadi kekacauan.

b. Keadilan Distributif

Aristoles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is done when equals are treated equally). Sebagai contoh, Budi bekerja selama 30 hari sedangkan Doni bekerja 15 hari. Pada waktu diberikan hadiah harus dibedakan antara Ali dan Budi, yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya bekerja. Andaikata Budi menerima Rp.100.000,- maka Doni harus menerima. Rp 50.000. Akan tetapi bila besar hadiah Ali dan Budi sama, justru hal tersebut tidak adil dan melenceng dari asas keadilan.

c. Keadilan Komutatif

Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.

Kejujuran

Jujur jika diartikan secara baku adalah “mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran”. Dalam praktek dan penerapannya, secara hukum tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi. Bila berpatokan pada arti kata yang baku dan harafiah maka jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal sesuai yang sebenarnya, orang tersebut sudah dapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik atau lainnya. Kejujuran atau jujur artinya apa-apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya, apa yang dikatakan sesuaidengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berartiseseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata danperbuatan, yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur berarti juga pemulihan nama baik.

pemulihan nama baik

Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menajagadengan hati-hati agar namanya baik. Lebih-lebih jika ia menjadi teladan bagi orang/tetangga disekitarnya adalah suatukebanggaan batin yang tak ternilai harganya. Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan bama baik atau tidak baik ini adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkahlaku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatn-perbuatan yang dihalalkan agama dan sebagainya. Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah kesadaranmanusia akan segala kesalahannya; bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuaidengan ahlak yang baik. Untuk memulihkan nama baik manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta maaf tidakhanya dibibir, melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah, berbuat darma dengan memberikan kebajikan danpertolongan kepaa sesama hidup yang perlu ditolong dengan penuh kasih sayang , tanpa pamrin, takwa terhadap Tuhandan mempunyai sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu dipupuk.

Pembalasan

Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yangseimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan.Pergaulan yang bersahabat mendapat balasan yang bersahabat. Sebaliknya pergaulan yagn penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula. Pada dasarnya, manusia adalah mahluk moral dan mahluk sosial.Dalam bergaul manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia berbuat amoral,lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan moral pada hakekatnya adalah perbuatan yang melanggar hak dan kewajiban manusia. Oleh karena itu manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar , maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.


Sumber :
http://www.scribd.com/doc/21572818/24/Pemulihan-nama-baik http://indonesia.siutao.com/tetesan/kejujuran.php wikipedia.com
 

Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan


KATA PENGANTAR
Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga berhasil menyelesaikan Penulisan Ilmiah ini yang berjudul “Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan
Penulisan Ilmiah ini berisikan tentang keterkaitannya antara ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan. Diharapkan sajian penulisan ilmiah ini dapat memberikan tambahan informasi kepada kita semua. Saya menyadari bahwa penulisan ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan tugas makalah ini.
Akhir kata, Saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seirama dengan terus perkembangan zaman yang semakin dewasa ini serta teknologi informasi maka akan menimbulkan dampak negatif dan positif bagi kehidupan masyarakat. Sebuah pepatah mengatakan carilah ilmu sampai ke negeri cina artinya agar kita wajib belajar dan menelaah tentang fenomena apa saja yang terjadi di sekitar kita, khusunya kita selagi muda. Tidak ada ilmu yang tidak ada manfaatnya, itu semua tergantung kembali dalam diri kita masing-masing dalam menggunakan dan menerapkannya, jika salah memanfaatkan dan menggunakan ilmunya tidak heran buruklah dampaknya. Pengalaman saya dalam menerapkan tekhnologi canggih ini memang sangat terasa kebutuhan dan manfaat yang di gunakan, namun dampak negatif pun tak kalah berkeliaran. Belajar dari pengalaman itu saya mencoba untuk tidak gegabah dan terus berhati-hati dalam menghadapinya.
Ilmu Pengetahuan, tekhnologi dan kemiskinan merupakan bagian-bagian yang tidak dapat di pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi, interelasi, interdependensi dan tamifikasi (percabangannya). Dengan demikian wajarlah apabila menghadapi masalah yang kompleks ini, memerlukan studi mendalam dan analisis interdisipliner.
Harapan dengan zaman yang terus menerus semakin canggih dengan bekal ilmu pengetahuan yang tingkat tinggi, sangatlah logis bila problem kemiskinan dapat di atasi. Namun apalah yang terjadi, justru dengan seiring tekhnologi terus berkembang kemiskinan masih tetap berlanjut bahkan semakin merajalela. Terlihat jelas khususnya di daerah ibukota tidak susah untuk mencari seorang pengemis, gelandang, pengamen, dll. Kesenjangan sosial memang sangat terasa di negara ini. Seorang ilmuan dan tekhnologi canggih tak mempengaruhi untuk mengatasi masalah tersebut. Entah siapa yang salah dalam hal ini, pemerintahkah, kita sendiri atau memang tidak ada yang salah atau bahkan inilah kesalahan kita semua karena enggan untuk mencari selah atau rumus sendiri dengan teknologi dan ilmu pengetahuan yang telah kita capai dalam menghadapi masalah kemiskinan. 
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat dalam penulisan ini yaitu :
  1. Apa sebenarnya pengertian dari Ilmu pengetahuan, tekhnologi serta Kemiskinan itu sendiri?
  2. Apakah ada Keterkaitan antara ilmu pengetahuan, tekhnologi serta kemiskinan itu sendiri?
  3. Study kasus yang terjadi yang berkaitan dengan hal tersebut?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu sosial dasar.
1.4.Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat di ambil dalam penulisan ini adalah dapat memberikan penambahan pengetahuan tentang keterkaitannya antara Ilmu pengetahuan, tekhnologi serta kemiskinan.
1.5. Metode Penulisan
Metodologi penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode Deskriptif.
1.6. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan ilmiah ini adalah :
  1. Bab I Pendahuluan
    1. Latar Belakang
    2. Rumusan Masalah
    3. Tujuan Penulisan
    4. Manfaat Penulisan
    5. Metode Penulisan
    6. Sistematika Penulisan
  2. Bab II Landasan Teori
    1. Ilmu Pengetahuan
    2. Teknologi
    3. Kemiskinan
  3. Bab III Metodologi
    1. Study Kasus
  4. Bab IV Penutup
    1. Kesimpulan
    2. Saran
  5. Daftar Pustaka
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan, tekhnologi dan kemiskinan memberi petunjuk adanya sesuatu yang inheren. Ilmu pengetahuan lazim digunakan dalam pengertian sehari-hari, terdiri dari dua kata “ilmu” dan “pengetahuan” yang masing-masing memiliki arti berbeda. Ilmu Pengetahuan menurut Aristoteles yaitu penngetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang budi. Menurut David Home Ilmu Pengetahuan merupakan Penbgalaman indera batin. Pembentukan ilmu akan berhadapan dengan objek yang merupakan bahandalam penelitian, meliputi objek materiak sebagai bahan yang menjadi tujuan penelitian bulat dan utuh. Serta objek formal, yaitu sudut pandangan yang mengarah kepada persoalan yang menjadi pusat perhatianadapun langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan. Dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta yang medukung apa yang difikirkan untuk sistemasi, kemudian mengolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berfikir analistis, sintesis, induktif, dan deduktif. Yang terakhir merupakan pengujian kesimpulan dengan menghadapkan fakta-fakta sebagai hal yang merupakan pengingkaran.
Dalam mencapai sebuah pengetahuan yang ilmiah dan objektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah. Bukan membahas tujuan ilmu, melainkan mendukung dalam mencapai tujuan ilmu itu sendiri, sehingga benar-benar objektif, terlepas dari pransangka pribadi yang bersifat subjektif. Sikap yang bersifat ilmiah itu meliputi empat hal yaitu:
  1. Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih shingga mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif.
  2. Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala dan menggadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.
  3. Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap alat indra dan budi yang digunakan untuk mencapai ilmu.
  4. Merasa seperti setiap pendapat, teori, maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih teerbuka untuk dibuktikan kembali.
Ilmu pengetahuan sekarang menghadapi kenyataan kemiskinan, yang ada pada hakikatnya tidak dapat melepaskan diri dari kaitannya dengan ilmu ekonomi karena kemiskinan merupakan persoalan ekonomi yang paling elementer.
2.2. Teknologi
Teknologi yang berkembang dengan pesat, meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Masa sekarang memang sulit memisahkan antara kehidupan manusia dengan teknologi bahkan sudah dijadikan konsumsi kebutihan manusia. Samapai dengan perkembangan teknik yang sebelumnya merupakan bagian dari ilmu atau tergantung dari ilmu, sekarang ilmu dapat pula tergantung dari teknologi. Contohnya adalah teknologi komputrer. Menurut Alvion Toffler mengartikan teknologi itu sebagai mesin besar atau alat mempercepat yang dahsyat, dan ilmu pengetahuan sebagai bahan bakarnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian-bagian yangdapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka nasional seperti kemiskinan. Oleh sebabnya adanya interelasi, interaksi, dan interdependensi antara kemiskinan dan sistem ilmu pengetahuan dan teknologi.
Komunikasi IPTEK terhadap masyarakat dan pemahaman masyarakat terhadap IPTEK merupakan subyek riset yang relatif baru di lingkungan akademis, namun berkembang untuk dipelajari lebih lanjut untuk mendukung proses pengambilan kebijakan publik. Pemahaman yang baik terhadap dinamika kompleksitas IPTEK dan interaksi IPTEK dengan masyarakat, berguna dalam peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap IPTEK dan akhirnya berkembang menjadi suatu sistem pengelolaan dan kontrol sosial masyarakat terhadap IPTEK. Dalam komunikasi IPTEK, perangkat komunikasi atau penyampai informasi yang digunakan akan disesuaikan untuk menciptakan jaminan terjadinya pemahaman dan penerimaan masyarakat awam terhadap IPTEK. Sedangkan aspek ketiga adalah aspek kreativitas, yang membantu perkembangan kecerdasan dan kapabilitas masyarakat sehingga menghasilkan kemampuan dalam mengintegrasikan IPTEK ke kehidupan sehari-hari. IPTEK memainkan peran penting sebagai sebuah agen pembaharu di masyarakat. Sebagai bangsa yang bergerak ke arah ekonomi berbasis pengetahuan, dibandingkan ekonomi berbasis sumber daya alam sesuai dengan paradigma tekno-ekonomi, IPTEK menjadi landasan keberhasilan pembangunan ekonomi yang didukung oleh kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia yang kompetitif.
Dampak dari perkembangan pesat ilmu dan teknologi lebih banyak dirasakan dinegara-negara dunia berkembang, dirasakan ilmu dan teknologi menguasai manusia, kebudayaan dan alam sendiri. Sistem-sistem teknologi yang dikendalikan oleh kelompok asing telah dengan seenaknya menghibur dan mematikan kekuatan kerajinan rakyat tradisional. Kebudayaan tradisional dan nilai-nilai yang dulu dijunjung tinggi, sedikit demi sedikit luntur akibat perkembangannya ilmu dan tenologi. Kearifan masyatakat tradisioanl dalam menjaga keseimbangan dengan lingkungan alam, dirusak oleh eksploitasi dan motivasi oleh ilmu dan kecanggihan teknologi.
2.3. Kemiskinan
Kemiskinan biasanya digambarkan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling poko seperti pangan, pakaian , rumah dan lain sebaginya. Kemiskinan itu sendiri merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai inspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur. Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal yaitu :
  1. Persepsi terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
  2. Posisi manusia dalam lingkungan sekitar,dan
  3. Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi.
Adapun mereka yang hidup dalam garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanan, modal, keterampilan, dsb.
  2. Tidak memiliki kemungkinan untuk emeperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk emeperoleh tanah garapan atau modal usaha
  3. Tingkat pendidikan yang rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan
  4. Kebanyakan tinggal di desa sebgai pekerja bebas self employed, berusaha apa saja
  5. Banyak yang hidup di kota berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan.
BAB III
METODOLOGI
3.1.Study Kasus
Seorang anak dari kalangan menengah kebawah menyelesaikan study dengan gelar ahli dalam medis (kedokteran). Semua tak lepas dari dorongan spiritual dan material orang tua yang jerih payah untuk mewujudkan impian sang anak. Jelas bahwa ilmu penngetahuan yang dulu pernah di gapai semasa sekolah menghantarkan dia kini mejadi seorang yang begitu sibuk dengan tanggungjawabnya kepada para pasiennya. Keahliannya yang didukung dengan berbagai alat medis sangatlah berguna untuk medukung alat dalam pekerjaannya, dari sebuah alat teknologi seperti stetoscop dll. Saking sibuknya dia tidak peduli akan kondisi keluarganya sendiri di rumah terutama orang tuanya yang semakin bertambah usia dan beberapa penyakit menggerogoti orang tua itu. Dengan keterbatasan yang ada, orang tuanya yang lebih memilih untuk meminum obat-obatan yang di warung dengan alasan harga yang terjangkau, dan tanpa memperdulikan bahwa anaknya adalah seorang ahli kesehatan.
Melihat dari kasus tersebut terlihat bahwa ilmu pengetahuan dan alat teknologi belum seutuhnya dapat mengubah kemiskinan. Mungkin itu adalah sebagian contoh sederhana yang dapat kita temui di berbagai kalangan.
Kemiskinan menjadi suatu kebudayaan (culture of proverty) atau suatu subkultur yang mempunyai struktur dan way of life yang telah menjadi turun – temurun melalui alur keluarga. Kemiskinan (yang membudayakan) itu disebabkan oleh dan selama proses perubahan sosial secara fundamental, seperti transisi dari feodalisme ke kapitalisme, perubahan teknologi yang cepat, kolonialisme, dsb. Obatnya tidak lain adalah revolusi yang sama dan meluasnya.
Kemiskinan di antaranya di sebabkan oleh struktur ekonomi, maka terlebih dahulu perlu memahami inti pokok dari suatu subjek dan objek, dan antara subjek – subjek komponen-komponen yang merupakan bagian dan suatu sistem. Maka permasalahan struktur yang penting dalam hal ini adalah pola relasi. Ini mencakup masalah kondisi dan posisi komponen (subjek-subjek) dari struktur yang bersangkutan dalam keseluruhan tata susunan atau sistem dan fungsi dari subjek atau komponen tersebut dalam keseluruhan fungsi dan sistem.



BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka nasional seperti kemiskinan. Oleh sebabnya adanya interelasi, interaksi, dan interdependensi antara kemiskinan dan sistem ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan sekarang menghadapi kenyataan kemiskinan, yang ada pada hakikatnya tidak dapat melepaskan diri dari kaitannya dengan ilmu ekonomi karena kemiskinan merupakan persoalan ekonomi yang paling elementer. Kemiskinan biasanya digambarkan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Kemiskinan di antaranya di sebabkan oleh struktur ekonomi, maka terlebih dahulu perlu memahami inti pokok dari suatu subjek dan objek, dan antara subjek – subjek komponen-komponen yang merupakan bagian dan suatu sistem. IPTEK memainkan peran penting sebagai sebuah agen pembaharu di masyarakat. Sebagai bangsa yang bergerak ke arah ekonomi berbasis pengetahuan, dibandingkan ekonomi berbasis sumber daya alam sesuai dengan paradigma tekno-ekonomi, IPTEK menjadi landasan keberhasilan pembangunan ekonomi yang didukung oleh kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia yang kompetitif. 
4.2.Saran – saran
Dalam penulisan ilmiah ini, penulis memberikan sedikit saran yaitu :
  1. para ilmuan ciptakanlah teknologi untuk mengatasi kemiskinan .
  2. Berikan kesempatan ilmu pengetahuan dan pembelajaran keteramapilan pada anak-anak muda yang tengah putus sekolah agar mereka dapat menciptakan teknologi dan memiliki keterampilan yang dapat bermanfaat bagi masa depan mereka.
  3. Gapailah ilmu pengetahuan dan ciptakanlah teknologi yang semakin canggih namun lihat pula kemiskinan yang merupakan tanggung jawab dalam mencari solusi memusnahkannya.
Daftar Pustaka